TUGAS PERTEMUAN 3 PEREKONOMIAN INDONESIA (SOFTSKILL) - BAB 10 - Sektor Pertanian
SEKTOR PERTANIAN
INDONESIA
Tugas
Perekonomian Indonesia
(SOSFTSKILL)
Disusun
Oleh:
Rofy
Dhiyawan Saputra
1EB08
26215240
Sektor Pertanian Di
Indonesia
Struktur perekonomian
Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik
sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik.Gagasan mengenai langkah-langkah
perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha
mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga
terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai
dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era
globalisasi. Maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur
perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka
kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan
pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Struktur tenaga kerja
kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS
2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05
persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari
1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen. Tenaga
kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen,
sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74
persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki
pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih
jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan
jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga
menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas
tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan
permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita
mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan. Strategi pertama adalah
melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan
lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat Indonesia.Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan
pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan
produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya.Keberpihakan ini adalah
insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian.
Karena tanpa
keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih
ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik. Strategi kedua adalah
dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan
menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran serta industri pengolahan.Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan,
listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor
ini.
-
Nilai
Tukar Petani
Nilai tukar =>
nilai tukar suatu barang dengan barang lainnya. Jika harga produk A Rp
10 dan produk B Rp 20, maka nilai tukar produk A thd B=(PA/PB)x100% =1/2. Hal
ini berarti 1 produk A ditukar dengan ½ produk B. Dengan menukar ½ unit B dapat
1 unit A. Biaya opportunitasnya adalah mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit
B.
Dasar Tukar (DT):
Nilai
Tukar Petani => Selisih harga output pertanian dg harga inputnya
(rasio indeks harga yang diterima petani dg indeks harga yang dibayar).
Semakin tinggi NTP
=> semakin baik.
NTP
setiap wilayah berbeda dan ini tergantung:
D>S =>
harga naik & harga turun. Pekembangan NTP tsb menunjukkan pertani di
JABAR & JATENG rugi dan di Yogja & JATIM untung. Hal ini dsebabkan oleh
banyak factor termasuk system distribusi pupuk di Yogya & JATIM lebih baik
dari JABAR & JATENG.
-
Investasi
Di Sektor Pertanian
Investasi di sector pertanian tergantung :
·
Laju pertumbuhan output
·
Tingkat daya saing global komoditi pertanian
Investasi:
Langsung
=> Membeli mesin
Tidak
Langsung => Penelitian & Pengembangan
Hasil penelitian:
Supranto
(1998) => laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA
serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal
panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor pertanian.
Tabel 5.17 Investasi di sektor pertanian & industri
manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
2.735
|
4.545
|
7.128
|
15.284
|
Manufaktur
|
24.032
|
31.922
|
43.342
|
59.218
|
-
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Salah satu penyebab
krisis ekonomi => kesalahan industrialisasi yang tidak berbasis
pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu
kecil, sedangkan industri manufaktur (-). Jepang, Taiwan & Eropa dalam
memajukan industri manufaktur diawali dengan revolusi sector pertanian.
Alasan sector
pertanian harus kuat dlm proses industrialisasi:
· Sektor
pertanian kuat => pangan terjamin => tdk ada lapar=>
kondisi sospol stabil
· Sudut
Permintaan => Sektor pertanian kuat => pendapatan riil perkapita
naik => permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik
berarti industri manufaktur berkembang & output industri menjadi input
sektor pertanian
· Sudut Penawaran => permintaan
produk pertanian sbg bahan baku oleh industri manufaktur.
· Kelebihan output siktor
pertanian digunakan sebagai sumber investasi sektor industri manufaktur seperti
industri kecil dipedesaan.
Kenyataan
di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat
lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.
Daftar
Pustaka:
http://saridian275.blogspot.co.id/2015/05/bab-10-sektor-pertanian-101-sektor.html
Komentar
Posting Komentar